Kisah Malam Itu
Malam sempat jadi saksi kalutnya hatiku, meredam sepi yang menyayat hati. Menusuk rindu pada seseorang yang sudah terlampau sulit untuk dituju. Bintang-bintang pernah jadi tempatku mendiamkan angan, yang ingin kurajut bersama seseorang yang kini tinggal kenangan. Bulan sendiri pernah menangis bersamaku pada dimensi ruang waktu, sebab dia rasa tak ada yang lebih berantakan dari seorang yang ditinggal saat masih begitu sayang. Kini selaksa cahaya telah membutakan kenang yang begitu indah tersimpan, menjadi butir-butir kopi yang pahitnya melukai lubuk hati. Karenanya aku sangat membenci malam, bulan dan gemintang di angkasa. Sebab mereka hadir setiap waktunya dan mengingatkanku akan dirinya. Tapi, seiring waktu yang semakin menua aku telah tersadar bahwa kegalauanku hanyalah sia-sia. Bahkan dia sendiri yang begitu kurindu pun tak pernah datang untuk menyapa, dia yang pernah kuingin pun hanya menoleh untuk akhirnya berpaling pada yang lebih memukau mata. Mungkin ini saatnya aku menerima kenyataan, bahwa inginku bisa saja hanya jadi harapan yang beku dan berakhir pilu.
Sekarang aku menggengam malam untuk mengikhlaskan, karena dengan berbagai perjuangan tak akan pernah mengembalikan kau yang hilang. Seharusnya aku bahagia untuk kepergianmu, karena Tuhan menjauhkanku dari luka sebelum mengikat selamanya. Tapi tetap saja, datangmu yang tiba-tiba kemudian meminta bersama untuk mengarungi resah hingga gundah gulana telah membuatku jatuh begitu dalamnya. Lantas saat semua terlihat baik-baik saja, kau lenyap tanpa setitik kata yang dapat diterima oleh kepala. Aku begitu lelah, karena terus-menerus menyalahkan diriku sendiri untuk kau yang pergi tanpa permisi. Tahukah kau sekian waktuku berhenti padamu saat itu, tangisku jatuh membelai langit dengan harapan kau akan dikembalikan seperti dulu. Saat senja tiba aku bersimpuh memberikan darahku pada langit, untuk meminta maaf karena tidak bisa menjagamu tetap utuh meski sesaat.
Nahas, ketika hatiku rapuh, jiwaku luluh pada cerita kita. Kau di sana menghela kelegaan dalam tawa dan sukacita. Maka lakukan saja, berbahagialah dengan sebenar-benarnya karena kau pantas memiliki bahagia yang tidak pernah kau dapat selama kita masih bersama.
Sama seperti itu, hal yang begitu dekat justru lepas ketika ingin kuperjuangkan dalam rengkuhan. Cita-cita itu sempat tertulis seindah puisi dalam buku biru, tapi kini bahkan titiknya pun tak bisa kusentuh begitu. Semakin kuniatkan, semakin kuusahakan dia justru makin menjauh dari genggaman. Ini menyadarkanku bahwa memang Tuhan tak memperbolehkanku kesana atau mungkin saja memang dia muaranya, namun dengan titik awal yang berbeda. Lalu dengan berat hati kuyakinkan diri untuk dia yang datang tanpa syarat apa-apa. Aku belajar, mencintai sesuatu yang bahkan tak pernah kupelajari sebelumnya. Semuanya masih semu, asing dan tak kukenali apapun di sana.
Teman-teman, mungkin saja sekarang kita berada di tempat yang “salah”. Tempat yang bahkan di mimpi pun tak pernah ada, mungkin begitu membosankan, memuakkan, dan begitu penuh permasalahan. Rasanya ingin sekali berhenti, ingin sekali pergi dan memulai semuanya dari awal lagi karena yang sekarang ini hanya menyesakakan hati. Tak mengapa semua wajar, begitulah hati jika cintanya tak bisa bersemi, memberontak adalah hal yang manusiawi.
![]() |
- Seperti buku yang tak pernah selesai kubaca, kau adalah bagian dari cerita yang belum usai di sana -
|
Akan tetapi, sama seperti sebuah kisah yang terukir dalam kata-kata memesona dan terjilid menjadi buku-buku cerita. Akankah kita tahu akhirnya apabila hanya membaca sebagian bab saja?. bisakah kita mengetahui antagonis maupun protagonis sesungguhnya, sebelum semua isinya terbaca. Menjeda kisahnya hanya akan menambah luka sang pemeran utama. Jadi mari buka kembali buku itu, baca setiap alurnya dengan saksama, selesaikan tiap babnya dengan cara yang istimewa, maka diakhir nanti kebenarannya akan nyata. Hasil dari seluruh cita-cita akan ada di sana, maka bersabarlah kawanku. Mungkin ini bukan tempat terbaik dari inginmu, tapi percayalah sedikit lagi akhir ceritanya akan seindah mimpi saat itu. -
Sekian
Sekian
Komentar
Posting Komentar