Jejak -Jejak yang Kehilangan Arah

Tanah basah itu jadi saksi tempatnya menginjakkan kaki, dalam hutan hujan yang terselubung kabut tebal langkahnya belum juga terhenti. Langkah demi langkah terjejaklah di sana, dengan seribu cita di setiap tapaknya. Kukira semakin jauh aku pergi, semakin banyak jejak sepatuku yang tertaut di bumi maka aku akan semakin menjadi orang besar, kukira dengan menaburkan seribu cita di tiap jejaknya sekaligus merapal doa disela-sela kabutnya akan semakin membuatku dikenang sebagai ksatria. 

Ternyata tidak ada gunanya, karena semakin dalam hutan itu kumasuki, semakin memudar juga jejakku di bumi. Ternyata semakin kamu melangkah memunggungi cahaya, kamu juga akan kehilangan dirimu seutuhnya. Kegelapan akan memakan cita-citamu, lembab akan melelehkan perjuanganmu dan akhirnya kengerian menelan kepercayaan itu dari hatimu

-Ketika langkah ini dimulai, aku hanya ingin kau percaya. Bahwa yang kuperjuangkan adalah jejak masa depan kita bersama-





Berat bukan? Ketika sedang berjuang untuk sesuatu, tapi orang-orang di sekitar kita justru pergi satu persatu. Kepergian mereka karena tidak mempercayai kita lagi, menggangap hal yang sedang diperjuangkan ini hanya omong kosong pemuda minim pengalaman, hanya cita-cita ketinggian seorang pemimpi di tidur siangnya. Mereka memilih pergi, melepaskan diri karena tak ingin rugi apabila kita gagal mencapai itu dan ini. Bahkan tak jarang kepergian mereka meninggalkan tekanan, amarah sehingga mengharuskan kita membuat satu pilihan sulit “bertahan atau lepaskan”.

Untuk bisa memetik bintang kita harus terbang tinggi bukan? Melepaskan semuanya di bumi, dan merelakan nyawa untuk pergi. Seperti juga hal ini, mungkin memang sebuah ide gila yang diputuskan anak kemarin sore itu untuk merelakan semuanya demi cita-cita yang tak pernah ada jaminan keberhasilannya.

Jadi akan ku katakan, ayah, ibu, atau teman-teman. Ini pilihanku untuk menorehkan jejakku di hutan terdalam, sampai kabut dan kegelapan yang menghapuskan. Kalian bisa meninggalkanku di sini, sebab kepercayaan itu telah sirna dari hati. Tapi meskipun suarnya memudar di benak kalian, aku akan menyalakannya lagi dengan keberhasilan yang sudah kugenggam. Aku akan kembali bersama mimpi yang dulu kalian caci. Kemudian jejakku hari itu akan abadi, sebab dia yang menghilang ditengah hutan ternyata menemukan cahaya untuk keluar.

-Selamat berjuang, percayalah sebentar lagi langit akan cemerlang-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Desember

EPISODE #1

KEEP TRYING