Doa Untukmu

 

gambar: @visualsofshe

Aku pernah mendengar doa Ibu yang begitu dalam untuk aku dan anak-anaknya yang lain, demi kebaikan dunia dan akhirat kami kelak.

Aku juga mendengar doa seorang kawan dengan begitu tulus, akan semesta yang mempercayakan kehadiranku sebagai bagian dari kehidupannya.

Melegakan, begitulah rasanya ketika mengetahui ada seseorang yang senantiasa mendoakanmu dalam senang maupun sedihnya. Betapa bersyukurnya ketika ada seseorang yang tak segan menyebutkan nama kita di simpuhnya menghadap Tuhan. Betapa bahagia ketika setidaknya ada seseorang yang mengingat kita, bahkan saat kita sendiri pun seringnya lupa mengingat diri maupun melangitkan syukur karena masih hidup untuk hari ini.

Tetapi, betapa sia-sianya doa mereka.

Alangkah sia-sianya waktu yang lesap untuk menyebut nama kita dalam doa mereka.

Ketika seseorang yang mereka doakan, bahkan dengan sengaja menghancurkan dirinya sendiri juga mencoba berulang kali mengakhiri kehidupannya di bumi. Sungguh buruk nasib mereka.

Semesta, cukup untuk memberikan orang-orang baik ini rasa sakit dengan keberadaanku di sini. Sudah cukup, untuk membuat mereka lebih sakit karena hadirku yang seringnya ada di keadaan-keadaan pahit.

Maaf bu, maaf kawan aku tak bisa mengembalikan waktu kalian.

Tuhan yang maha baik. Cukupkan rasa sakit mereka, cukupkan air mata yang jatuh di pelupuk matanya. Tuhan, maafkan saya sebab tidak menjadi hamba yang taat, saya bukan anak yang baik, saya tidak bisa jadi kakak yang baik, saya bukan pula seorang sahabat yang baik. Cukupkan sedih mereka, dan gantikanlah tetiap doa yang menujuMu dengan bahagia yang telah dinanti-nanti begitu lama.

 ***

Saat dunia sedang penuh, aku telah lebih dulu memenuhi kepanikan-kepanikanku sendiri. Menguncinya dalam-dalam hingga tiada lagi yang dapat coba memaksa keluar. Aku menenggelamkan diriku sendiri hingga aroma-aroma ketakutan memenuhi sekitar. Perlahan kabut pekat menutup semua jalan keluar, meninggalkan diriku di sana dengan seluruh kesendiriannya. Tidak ada apa-apa, begitu saja yang terasa. Senyap dan riuh tetap sama saja, tidak ada apa-apa. Mengerikan rasanya ketika menyadari bahwa kamu tidak memiliki tangan lain yang mengenggam tanganmu, kecuali dirimu sendiri.

Akan tetapi, sekali lagi “Itu bukan cuma kamu”. Tujuh koma delapan miliar manusia di bumi, setiap hari ada orang yang tidak memiliki tangan lain untuk mengenggam mereka yang hampir-hampir kehilangan nyawanya. Sekali lagi, “kamu tidak perlu merasa jadi seseorang yang paling sakit”. Tujuh koma delapan miliar manusia yang menempati bumi ini, sebagian besar sangat pandai menyembunyikan rasa sakit bahkan berkali-kali lipat sakitmu saat ini.

Entah apa yang Tuhan inginkan dari hidupku. Tetapi untukku, untukmu, dan kita semua “Mari bersabar, mari lebih lama bertahan. Sebab masa depan akan datang, besok sebentar lagi tiba. Kita juga akan jadi berbeda”.

Aku menyayangimu, terima kasih sudah ada di sini. Terima kasih telah menemukanmu, terima kasih telah menemukanku.  



Salam,

Juli 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Desember

EPISODE #1

KEEP TRYING