Doa Untukmu
![]() |
gambar: @visualsofshe |
Aku pernah mendengar doa Ibu yang begitu dalam untuk aku dan
anak-anaknya yang lain, demi kebaikan dunia dan akhirat kami kelak.
Aku juga mendengar doa seorang kawan dengan begitu tulus,
akan semesta yang mempercayakan kehadiranku sebagai bagian dari kehidupannya.
Melegakan, begitulah rasanya ketika mengetahui ada seseorang
yang senantiasa mendoakanmu dalam senang maupun sedihnya. Betapa bersyukurnya
ketika ada seseorang yang tak segan menyebutkan nama kita di simpuhnya
menghadap Tuhan. Betapa bahagia ketika setidaknya ada seseorang yang mengingat
kita, bahkan saat kita sendiri pun seringnya lupa mengingat diri maupun
melangitkan syukur karena masih hidup untuk hari ini.
Tetapi, betapa sia-sianya doa mereka.
Alangkah sia-sianya waktu yang lesap untuk menyebut nama
kita dalam doa mereka.
Ketika seseorang yang mereka doakan, bahkan dengan sengaja
menghancurkan dirinya sendiri juga mencoba berulang kali mengakhiri kehidupannya
di bumi. Sungguh buruk nasib mereka.
Semesta, cukup untuk memberikan orang-orang baik ini rasa
sakit dengan keberadaanku di sini. Sudah cukup, untuk membuat mereka lebih
sakit karena hadirku yang seringnya ada di keadaan-keadaan pahit.
Maaf bu, maaf kawan aku tak bisa mengembalikan waktu kalian.
Tuhan yang maha baik.
Cukupkan rasa sakit mereka, cukupkan air mata yang jatuh di pelupuk matanya.
Tuhan, maafkan saya sebab tidak menjadi hamba yang taat, saya bukan anak yang
baik, saya tidak bisa jadi kakak yang baik, saya bukan pula seorang sahabat
yang baik. Cukupkan sedih mereka, dan gantikanlah tetiap doa yang menujuMu
dengan bahagia yang telah dinanti-nanti begitu lama.
Saat dunia sedang penuh, aku telah lebih dulu memenuhi
kepanikan-kepanikanku sendiri. Menguncinya dalam-dalam hingga tiada lagi yang
dapat coba memaksa keluar. Aku menenggelamkan diriku sendiri hingga aroma-aroma
ketakutan memenuhi sekitar. Perlahan kabut pekat menutup semua jalan keluar,
meninggalkan diriku di sana dengan seluruh kesendiriannya. Tidak ada apa-apa,
begitu saja yang terasa. Senyap dan riuh tetap sama saja, tidak ada apa-apa.
Mengerikan rasanya ketika menyadari bahwa kamu tidak memiliki tangan lain yang
mengenggam tanganmu, kecuali dirimu sendiri.
Akan tetapi, sekali lagi “Itu bukan cuma kamu”. Tujuh koma
delapan miliar manusia di bumi, setiap hari ada orang yang tidak memiliki
tangan lain untuk mengenggam mereka yang hampir-hampir kehilangan nyawanya.
Sekali lagi, “kamu tidak perlu merasa jadi seseorang yang paling sakit”. Tujuh
koma delapan miliar manusia yang menempati bumi ini, sebagian besar sangat
pandai menyembunyikan rasa sakit bahkan berkali-kali lipat sakitmu saat ini.
Entah apa yang Tuhan inginkan dari hidupku. Tetapi untukku,
untukmu, dan kita semua “Mari bersabar,
mari lebih lama bertahan. Sebab masa depan akan datang, besok sebentar lagi
tiba. Kita juga akan jadi berbeda”.
Aku menyayangimu, terima kasih sudah ada di sini. Terima
kasih telah menemukanmu, terima kasih telah menemukanku.
Salam,
Juli 2022
Komentar
Posting Komentar