Mencoret Senyuman dengan Pena

Senyummu masih lekat dalam ingatan, meskipun kini samar dan tersisa bayang-bayang. Tapi itu tetap senyummu, milikmu yang tidak satupun darinya menggantikan itu. Masih lekat dalam ingatan, senyum itulah yang datang ketika senja muram. Benar, senyummu yang memerah dan menghangatkan ketika hujan datang. Maaf, itu masih saja kuingat meski waktu kita hanya sejenak. Kita? Mungkin kata itu hanya khayalanku semata, yang mestinya memang tak pernah ada. Tapi tetap saja itulah yang menjadi kenang paling membahagiakan dari seluruh jumpaku denganmu . Hujan telah membasuh pena dengan mengerikan, rintik-rintik pilu itu membuatnya terbangun dari peraduan. Dinginya membuat tinta di sana menegang, berseru penuh rintihan kesakitan. Lantas selembar kertas di meja jadi tumbal keganasannya, tinta pena itu terurai di sana. Berdarah-darah luka yang terbungkus kenang dalam hati, menuntun kata demi kata untuk menuntaskannya. Ketika hujan makin lekat da...