Sekuat Ikatan Tali

Pagi ini, aku melihatmu pergi dengan meniti tali hati yang sudah terikat kuat di tepi. Ya, hanya di tepi hatiku saja. Sebab, hatimu telah beralih padanya yang baru saja tiba. Dengan suara tercekik, aku memohon kesempatan kedua untuk menjadi baik. Dalam langkah kebingungan, aku meminta belas kasihan supaya kau tidak hilang. Aku tahu bahwa tak ada yang bisa menahan badai menghantam daun-daun di sana. Begitu pula kamu, bukan kuasaku untuk memaksamu tinggal pada rumah yang sudah membuatmu tak nyaman didalamnya. Tetapi aku masih tidak mengerti, mengapa kau sampai pergi padahal tiada mendung yang bergelanyut dalam mimpi, tiada pula hujan yang jatuh dan menyakiti. Pun tentang hari-hari yang kita lalui, rasanya jingga selalu memerahkan senja begitu juga dengan malam yang dipeluk bulan dari kejauhan. Tak pernah kubiarkan kau sendirian pada petang, aku pun selalu berpamitan untuk setiap pertemuan. Tapi mungkin bagimu itu masih kurang, untuk bisa menjadikanku tempatmu pulang. Say...