Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Sekuat Ikatan Tali

Gambar
Pagi ini, aku melihatmu pergi dengan meniti tali hati yang sudah terikat kuat di tepi. Ya, hanya di tepi hatiku saja. Sebab, hatimu telah beralih padanya yang baru saja tiba. Dengan suara tercekik, aku memohon kesempatan kedua untuk menjadi baik. Dalam langkah kebingungan, aku meminta belas kasihan supaya kau tidak hilang. Aku tahu bahwa tak ada yang bisa menahan badai menghantam daun-daun di sana. Begitu pula kamu, bukan kuasaku untuk memaksamu tinggal pada rumah yang sudah membuatmu tak nyaman didalamnya. Tetapi aku masih tidak mengerti, mengapa kau sampai pergi padahal tiada mendung yang bergelanyut dalam mimpi, tiada pula hujan yang jatuh dan menyakiti. Pun tentang hari-hari yang kita lalui, rasanya jingga selalu memerahkan senja begitu juga dengan malam yang dipeluk bulan dari kejauhan. Tak pernah kubiarkan kau sendirian pada petang, aku pun selalu berpamitan untuk setiap pertemuan. Tapi mungkin bagimu itu masih kurang, untuk bisa menjadikanku tempatmu pulang.   Say...

Ketika Semesta Bercerita Tentangmu

Gambar
Semesta tidak akan salah menuliskan cerita. Ia juga tak akan keliru mempertemukan kita dengan detak yang seirama. Berapa kali kan kau eja namanya, bila denyut itu bukan untukmu maka apa daya, waktu akan membuatnya sirna saat itu juga. Janganlah kau kecewa dengan keputusannya yang memilih meleburmu dalam tumpukan masa lalu. Sudahi saja genggaman pada tangan lembut itu, dan biarkan jemarimu menautkannya pada hati yang baru. Laksana senja yang hadirnya tak tahan lama, biarkan ia jadi khayal dalam mimpi yang hanya seberapa. Setidaknya, malam akan jadi tempat terbaik untuk pulang dengan suka cita meskipun saat terbangun nanti, duka telah tergantung dalam dada. Detik demi detik hidupku akan lebur bersama rasa takut akan kehilanganmu. Aku ingin tinggal lebih lama membersamaimu, meskipun hanya lewat secawan mimpi pada setiap malam yang ku punyai. Sungguh lelah untuk selalu hidup dalam resah, karenanya di bening fajar aku mengalah. Ku lepas kau ke arahnya, dan itu membuatku terdiam pad...

Detik Itu Bukan Detakku

Gambar
Senja, bersama debaran angin yang menerbangkan mimpi, dengan pasrah ku relakan diri untuk pergi. Mengalah untuk hati yang telah membuatku jatuh hati. Seperti halnya keyakinanku, bahwa dibalik senja ada langit yang begitu kuat sedang menanggung luka. Inilah keputusanku, untuk menjadi langit atas senjamu yang merekah kala itu. Tenanglah, sesaknya akan kupeluk hingga nanti, malam menempatkan diri. Tersenyumlah pada orang-orang yang menantikanmu, biarkan luka ini ku sembunyikan dalam semu. Semuanya akan lebur bersama detik, dan tergantikan detak dipalung hatimu. Saat itu yang terpikir dalam benakku adalah lukisan senja jingga, begitu menawan dan memanjakan mata. Karenanya, kuserahkan diri untuk jadi langit yang mengantar senja di kedamaian pelupuk mata. Benar saja, senja hari itu begitu jingga. Menyilaukan hati siapa saja yang menatap wajahnya, seakan kefanaan dunia ini hanya tertidur dalam mimpi semenjana. Menatap keindahan begitu lama, telah membuat seseorang memalingkan muka da...

Rampai Rasa Hujan

Gambar
Minggu lalu, usai sudah cerita tentang rasa yang menjadi tua. Aku menutupnya pada sebuah kotak dan telah kupastikan tak ada celah di sana, kupilih juga gembok terbaik untuk membuatnya lekat di dalam tanpa terpikir akan keluar meski sebentar. Mulai hari itu senjaku berubah biru, rasa dinginya tak mau lekas, meski pun langit beriba dengan matanya yang memerah, namun hatiku tetap biru terbayang kisah kelu bersamamu yang perlahan semu. Seperti angin yang berembus membawa kering dan hujan, mungkin begitulah hatiku yang masih begitu tak tahu malu. Sebab tak bisa lepas dari masa lalu, dan masih saja enggan menengok ke arahnya yang telah membuka lengan untuk rebah dari pilu. Karenanya, setiap senja aku mengiba. Setiap malam aku meredam. Dan kala hujan datang aku berharap kau segera lepas dari ingatan. Tak sanggup lagi aku membawamu pada hari-hari, tak kuasa lagi aku meratapi kehilangan seorang diri, tak mampu lagi aku terus-menerus menyalahkan diri. Pada perjalanan ini, ku harap kau...

Semerdu Kembang Api

Gambar
Dua ribu delapan belas telah kututup dengan baik, meskipun banyak luka yang hadir begitu dalamnya. Namun, bahagia juga senantiasa menyelimuti seluruh perjalananya. Kepadamu yang kini telah hilang, dan juga kepadanya yang masih mau bertahan dengan segala keterbatasan. Terima kasihku tak akan cukup mengantikan kenang yang begitu rapi tersimpan dalam memori. Detik yang memakan detik itu tak pernah cukup untuk menutupimu dari terik. Ada kenyamanan yang pernah datang meski pada akhirnya dia beralih jalan pulang, untukmu yang memilih hilang. Maafkan aku sebab masih mengingat setiap jengkal kalimat yang pernah hadir meski hanya sesaat. Juga maafkan aku, karena masih saja melukismu dalam hujan dan membingkaimu dengan malam. Ini bukan kemauanku, bukan inginku untuk menampilkanmu pada setiap deru-deru mimpi yang tergantung sunyi. Akan tetapi hati yang telah tersakiti tak dapat semudah itu diam dan menghapus ingatan pada hari-hari yang sempat kita lalui. Sekarang aku ingin benar-benar ...