Menempuh Jalan Panjang


Di sepanjang perjalanan yang kutempuh, akan selalu ada harapan yang coba untuk kukayuh.



Menuju kemajuan, manusia akan selalu dihadapkan pada perasaan-perasaan mengerikan. Ada takut yang datang, ada cemas berlebihan, sedih berkepanjangan, bahagia yang terlalu, bahkan rasa cinta yang sedalam itu. Seperti hal lain di luar diri manusia, yang bergerak cepat. Perasaan juga menemui perubahan yang seringkali berputar dengan cepat dalam diri. Oleh sebabnya, tidak sedikit hal yang terasa menyulitkan. Bahkan, seringkali semuanya terasa seakan-akan begitu menyiksa diri.

Katakan saja seperti kota ini, yang tak pernah senyap barang sekali, mungkin begitulah rasa yang hinggap pada diri kita sampai hari ini. Tidak pernah istirahat, bahkan tidur pun hanya sekadar syarat.

Hidup. Akan selalu penuh histeria, seperti roda pada sepeda. Detak jantung kita akan senantiasa dipermainkan oleh naik dan turunnya permasalahan yang tak habis-habis datangnya.

Hidup, seperti menarasikan ketidakterbatasan. Kita mencari, mencari dan akhirnya terdasar kemudian mempertanyakan lagi, sebenarnya untuk apa kita ada di sini.

Hidup adalah tentang dua sisi, hitam atau putih, gelap atau terang, baik dan buruk serta sisi lain dengan yang saling berjalan memunggungi.

Hidup, berarti tentang pertanyaan. Yang muncul sesederhana apa, hingga serumit bagaimana.

Tentang pertanyaan, berarti tentang ada dan tiada. Iya atau tidak. Setuju atau menolak. Terjawab atau akan tetap jadi misteri yang ketika memikirkannya saja, kepala kita jadi sakit sendiri.

"Sudah seberapa jauh kau berjalan?." Pertanyaan itu membangunkanku dari tidur panjang, tidur yang berarti bermain main, menghamburkan uang, mendewakan kepunyaan, kepura puraan, ambisi untuk menang sendiri serta seluruh hal yang rasanya, hanya hadir sesaat lalu pergi.

"Sudah sejauh apa kau menemukan?" pertanyaan itu menampar pipiku hingga lebam. Aku hanya menemukan aku di antara kemalangan. Kemalangan karena memilih diam dengan menutup mata, dan membiarkan dunia berputar tanpa melakukan apa-apa. Kemalangan karena masih nyaman dengan kepalsuan, juga kemalangan atas diri sendiri yang masih begitu nihil arti.

Terlepas dari semua itu, aku ucapkan terima kasih pada diriku. Sebab dalam perjalanan ini, saat menemui kesulitan, menginjak bebatuan, jatuh tersungkur hingga harus merangkak berkali-kali, diriku tidak berhenti.  Hari ini perjalanannya masih berlanjut, dan akan terus berlanjut. Entah akan sepanjang apa, aku percaya bahwa diriku akan anggup melaluinya.

Proses adalah bagaimana kita hidup. Tidak sama, dan memang tidak pernah sama. Beberapa orang berhasil hanya dengan sekali coba, beberapa yang lain berhasil setelah menemui darahnya mengalir dari kening.  

Mungkin perjalananku belum sejauh yang kamu lakukan, tapi mungkin saja aku telah menemukan lebih banyak dari apa yang kamu dapatkan




Salam, 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Desember

EPISODE #1

KEEP TRYING