Menempuh Jalan Panjang
![]() |
Di sepanjang perjalanan yang kutempuh, akan selalu ada harapan yang coba untuk kukayuh. |
Menuju
kemajuan, manusia akan selalu dihadapkan pada perasaan-perasaan mengerikan. Ada
takut yang datang, ada cemas berlebihan, sedih berkepanjangan, bahagia yang
terlalu, bahkan rasa cinta yang sedalam itu. Seperti hal lain di luar diri
manusia, yang bergerak cepat. Perasaan juga menemui perubahan yang seringkali
berputar dengan cepat dalam diri. Oleh sebabnya, tidak sedikit hal yang terasa
menyulitkan. Bahkan, seringkali semuanya terasa seakan-akan begitu menyiksa
diri.
Katakan
saja seperti kota ini, yang tak pernah senyap barang sekali, mungkin begitulah
rasa yang hinggap pada diri kita sampai hari ini. Tidak pernah istirahat,
bahkan tidur pun hanya sekadar syarat.
Hidup.
Akan selalu penuh histeria, seperti roda pada sepeda. Detak jantung kita akan
senantiasa dipermainkan oleh naik dan turunnya permasalahan yang tak
habis-habis datangnya.
Hidup,
seperti menarasikan ketidakterbatasan. Kita mencari, mencari dan akhirnya terdasar
kemudian mempertanyakan lagi, sebenarnya untuk apa kita ada di sini.
Hidup
adalah tentang dua sisi, hitam atau putih, gelap atau terang, baik dan buruk
serta sisi lain dengan yang saling berjalan memunggungi.
Hidup,
berarti tentang pertanyaan. Yang muncul sesederhana apa, hingga serumit
bagaimana.
Tentang
pertanyaan, berarti tentang ada dan tiada. Iya atau tidak. Setuju atau menolak.
Terjawab atau akan tetap jadi misteri yang ketika memikirkannya saja, kepala
kita jadi sakit sendiri.
"Sudah seberapa jauh kau berjalan?."
Pertanyaan itu membangunkanku dari tidur panjang, tidur yang berarti bermain
main, menghamburkan uang, mendewakan kepunyaan, kepura puraan, ambisi untuk
menang sendiri serta seluruh hal yang rasanya, hanya hadir sesaat lalu pergi.
"Sudah sejauh apa kau
menemukan?" pertanyaan itu menampar pipiku hingga
lebam. Aku hanya menemukan aku di antara kemalangan. Kemalangan karena memilih
diam dengan menutup mata, dan membiarkan dunia berputar tanpa melakukan apa-apa.
Kemalangan karena masih nyaman dengan kepalsuan, juga kemalangan atas diri sendiri
yang masih begitu nihil arti.
Terlepas
dari semua itu, aku ucapkan terima kasih pada diriku. Sebab dalam perjalanan
ini, saat menemui kesulitan, menginjak bebatuan, jatuh tersungkur hingga harus
merangkak berkali-kali, diriku tidak berhenti. Hari ini perjalanannya masih berlanjut, dan
akan terus berlanjut. Entah akan sepanjang apa, aku percaya bahwa diriku akan
anggup melaluinya.
Proses
adalah bagaimana kita hidup. Tidak sama, dan memang tidak pernah sama. Beberapa
orang berhasil hanya dengan sekali coba, beberapa yang lain berhasil setelah
menemui darahnya mengalir dari kening.
Mungkin
perjalananku belum sejauh yang kamu lakukan, tapi mungkin saja aku telah
menemukan lebih banyak dari apa yang kamu dapatkan
Salam, 2020
Komentar
Posting Komentar