Dunia Di balik Lukisan
aku melukisnya, untuk
membuatmu hidup lebih lama
Seorang kawan mengatakan padaku, “Apakah hidup memang sekosong ini?. Kadang lelucon membuat kita tertawa, kadang orang lain membuat hidup kita sedih dan berputus asa. Perasaan itu sepertinya tak pernah punya harga, mereka datang dan hilang begitu saja. Mereka juga tidak mewujudkan apapun dalam hidup kita, rupanya hanya samar, sesekali kita rasakan. Selebihnya hidup tak ubahnya cangkang kosong”.
“Kau pulang pukul berapa hari ini?”, kataku menyela.
“Mungkin esok, subuh nanti”, katanya.
Menyelamlah di antara ingatanmu malam nanti, saat kau bertemu semesta yang bersembunyi dibalik usianya, saat kau ingin mencabik dirimu di rimba jalanan kota.
Nanti. Ketika pintu-pintu terkunci, malam semakin larut, kau boleh takut, kau boleh mengenggam apa saja sekeras bertahan di atas satu kakimu, kau boleh menutup mata dan memunculkan bayangan mengerikan. Kau juga diizinkan untuk menangis atau berteriak sekencang-kencangnya. Tak apa.
Mengapa?
Hari itu, malam itu, saat kau melakukannya. Kau akan menyelamatkan anak kecil di dalam sana. Anak kecil di dalam rumah yang tertahan oleh tangan-tangan di pipinya. Anak kecil yang menghadiahi dirinya sendiri dengan bersembunyi di balik tungku.
Siapa?
Anak kecil itu adalah dirimu, diri kita. Dia tersesat di
negeri asing, tapi bergembira mencicipi gula-gula dan menaiki wahana di pasar
malam, berlarian di tengah kota saat senja, mencuri buahan masak di rumah-rumah
tetangga. dan lainnya. Anak itu seperti lukisan, abadi di balik bingkai museum.
Mengenali beragam mata, rupa, dan kata kata. Anak itu menyaksikan dunianya,
hidup sebagaimana pengunjung melihatnya.
Namun, dunia di depan matanya telah menghilangkan makna
dalam dirinya. Membuatnya kembali jadi cat cat air, seperti mengembalikan bekas
luka sang penyair. Anak itu mendambakan hidup, tapi itu pula yang membuatnya
kehilangan hidup. Sesempurna apapun bingkai yang membungkusnya, semahal 3 karat
pun kanvasnya. Lagi lagi ia harus kembali, kembali bahwa dunianya hanya seluas
gedung pertunjukan, dunianya hanya sepadat tumpukan cat yang berserakan.
Nanti. Satu jam lagi sebelum subuh tiba. Kau boleh lelah,
kau boleh rebah bak sehelai kapas, kau juga diizinkan untuk tidur menaiki mimpi
dan mengambil semua yang kau mau.
Mengapa?
Hari itu, subuh itu, saat kau melakukannya. Kau telah
menyelamatkan anak kecil di dalam sana. Anak kecil di dalam rumah yang
menangisi kemurungannya. Anak kecil yang tertawa dibalik gemetar kedua lengannya.
Siapa?
Anak kecil itu adalah dirimu, diri kita yang sedang mencari
dan menantikan hari menyebrang ke satu sisi. Sisi lain yang lebih baik untuknya.
Bagaimana kau akan menyelamatkan dunia?, tidak. Bagaimana kamu menyelamatkan satu
orang saja, jika kau sendiri saja sekalut ini. Tunggu. Jangan salah, kau tidak
wajib menyelamatkan siapapun. Kau hanya perlu menyelamatkan dirimu sendiri.
Salam, 2020
Komentar
Posting Komentar