Separuh Diri Tersisa
Dari kejauhan matahari
menghangatkan cemasmu. Memberi sedikit kekuningan di pucatnya senyum itu. Untuk
memulai hari seberat ini, semesta masih senantiasa di pihakmu. Maka selambat
lambatnya kau berjalan nanti, tak masalah bagi bumi dan seisinya untuk
mengimbangi. Sejauh perjalanan hari ini, sejauh itu pula lelah akan melubangi. Namun,
langkah paling asing akan terjadi setelah ini, sebab lain kepala lain cerita,
lain mata lain cara memandanya. Tetapi, semoga seluruh hal baik sedang
mendekapmu saat ini.
Tengah malam hingga subuh adalah
sudut terbaik bagi cemas untuk tinggal dan mengecupkan selamat malam pada
kepala orang-orang. Sebagian lekas terbebas. Sebagian lain tertambat di jemari mereka,
melarutkan diri pada kengerian hingga merebut separuh diri tersisa.
![]() |
gambar: @olaf_langner |
Setengah gelas keempat menjadi
penghibur bagi kepala-kepala yang terjebak. Mimpi buruk jadi tempat singgah
untuk kerumunan suara tak berrupa. Kadang dipermanis juga oleh lagu-"lagu
yang menghancurkan dirinya sendiri" (sejam sebelum matahari tak jadi
tenggelam - aan mansyur).
Pemandangan lain yang tak kalah
muskil turut mewarnai kedai adalah kegaduhan orang-orang yang menertawai rasa
sakitnya. Seperti puisi yang tercekat di lidah, seperti aksara yang terlampir
begitu saja.
Kebanyakan orang lupa, bahwa rasa
sakit adalah detak jantung yang menghidupkan, atau detak jantung yang bisa
berhenti sesukanya, dan membuatmu harus siap merayakan kematian sewaktu waktu.
Berikutnya giliran penyesalan,
membuatnya memunguti bagian tubuhnya sendiri. Bagian bagian yang memang
seharusnya sudah harus diganti.
Kau bebas memilih rupa mana saja
dalam pikiran-pikiranmu, juga memakainya di hari di mana kita kelak bertemu.
Kau bebas meresepkan apa saja untuk tubuh itu, sebebas hujan menemukan muaranya
saat langit tidak lagi bertanggungjawab atas dirinya.
Jika kamu sakit, tersenyumlah untuk dirimu sendiri. Mimpikanlah
kesembuhan di kemudian hari. Jika kamu sehat, tersenyumlah untuk dirimu saat
ini, mimpikanlah kebaikan kebaikan lain hadir dan memenuhi.
Cemas akan membakarmu
berhari-hari, rasa takut juga akan mengetuk kaca jendelamu setiap pagi.
Barangkali memang seharusnya begini. Karena bertumbuh memerlukan banyak energi,
bukan?.
Bumi tidak butuh banyak bulan (menenangkan rindu-aan mansyur),
tapi mungkin kita butuh lebih banyak rintangan untuk semakin kuat menghadapi
pasang surut kehidupan. Saat cemas bertamu dini hari nanti dan memintamu
menyerahkan diri, tutup pintu kembali lalu. Berhenti dan ingatkan dirimu
berulang kali. Tidak semuanya yang kau takutkan akan terjadi.
Tidak perlu membuktikan diri jadi lebih baik dari yang lain, cukup
jadilah lebih baik dari dirimu kemarin.
Komentar
Posting Komentar