Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Rumah Untukmu

Gambar
       Senja tak pernah singgah untuk waktu yang lama, sebab langit tak tahan melihat malam dengan segala kerinduannya yang tertahan.  Bintang dan bulan adalah kenyamanan, yang membuat malam tak pernah kehilangan daya tariknya.      Mungkin benar, tempat yang nyaman akan dising g ahi lebih lama  dan   m elakukan segala ha l menyenangkan di sana . Bersama orang-orang terkasih, membuat memori baru untuk kemudian digantungkan dalam mimpi pada setiap semu. Namun tempat tetaplah tempat, ketika ia  merengak meminta dirinya kembali, semuanya pergi.  Tak pernah ada jejaknya lagi, benar-benar lenyap menghilang tanpa bekas. Kini t inggallah tempat itu mengusam bersama  waktu, berdebu, dan lebur seiring tunggu. " Kembalilah ", katanya mendesis pelan. Tapi apa gunanya, sang pemilik telah mendekap tempat baru, yang lebih segar dan harum membau.      Mungkin diri kita pernah jadi tempat paling nyaman untuk se...

Kisah Malam Itu

Gambar
         Malam sempat jadi saksi kalutnya hatiku, meredam sepi yang menyayat hati. Menusuk rindu pada seseorang yang sudah terlampau sulit untuk dituju. Bintang-bintang pernah jadi tempatku mendiamkan angan, yang ingin kurajut bersama seseorang yang kini tinggal kenangan. Bulan sendiri pernah menangis bersamaku pada dimensi ruang waktu, sebab dia rasa tak ada yang lebih berantakan dari seorang yang ditinggal saat masih begitu sayang. Kini selaksa cahaya telah membutakan kenang yang begitu indah tersimpan, menjadi butir-butir kopi yang pahitnya melukai lubuk hati. Karenanya aku sangat membenci malam, bulan dan gemintang di angkasa. Sebab mereka hadir setiap waktunya dan mengingatkanku akan dirinya. Tapi, seiring waktu yang semakin menua aku telah tersadar bahwa kegalauanku hanyalah sia-sia. Bahkan dia sendiri yang begitu kurindu pun tak pernah datang untuk menyapa, dia yang pernah kuingin pun hanya menoleh untuk akhirnya berpaling pada yang lebih memukau mata....

Selongsong Anak Panah

Gambar
Sekali lagi saja izinkan aku mengenangmu pada malam-malam sepi, izinkan aku memeluk bahagia itu sendiri. Maafkan aku yang tak bisa selugas mereka perihal melupakan, maafkan aku karena napas ini masih tentangmu yang sempat singgah meski hanya sebentar. Sekali lagi saja, biarkan rinduku mengalir bersama derasnya hujan disitu. Menuntaskan luka pilu pada dadaku dalam senyuman yang membiru. Percayalah ini tak akan lama, cukup sampai air mata ini tuntas dari sana. Sebab aku tau, perihal rindu akan dirimu semua hanya akan berakhir sendu. Percuma, karena kini kau telah bersamanya. Dan di tempat ini, dengan sembab kurenda luka menjadi bait-bait sajak yang akan kubingkai sukacita, sembari menunggu cinta yang lain tiba. Seperti melepaskanmu, seorang yang jadi harapan terbesarku. Saat ini sekali lagi harus kurelakan impian masa kecil dulu untuk kebahagiaan dia, sahabatku. Seperti kamu yang kuperjuangkan begitu keras hari itu, tapi takdir mengisahkan aku untuk pergi sebelum bahagia terukir o...

Mencoret Senyuman dengan Pena

Gambar
        Senyummu masih lekat dalam ingatan, meskipun kini samar dan tersisa bayang-bayang. Tapi itu tetap senyummu, milikmu yang tidak satupun darinya menggantikan itu. Masih lekat dalam ingatan, senyum itulah yang datang ketika senja muram. Benar, senyummu yang memerah dan menghangatkan ketika hujan datang. Maaf, itu masih saja kuingat meski waktu kita hanya sejenak. Kita? Mungkin kata itu hanya khayalanku semata, yang mestinya memang tak pernah ada. Tapi tetap saja itulah yang menjadi kenang paling membahagiakan dari seluruh jumpaku denganmu .         Hujan telah membasuh pena dengan mengerikan, rintik-rintik pilu itu membuatnya terbangun dari peraduan. Dinginya membuat tinta di sana menegang, berseru penuh rintihan kesakitan. Lantas selembar kertas di meja jadi tumbal keganasannya, tinta pena itu terurai di sana. Berdarah-darah luka yang terbungkus kenang dalam hati, menuntun kata demi kata untuk menuntaskannya. Ketika hujan makin lekat da...

Jejak -Jejak yang Kehilangan Arah

Gambar
Tanah basah itu jadi saksi tempatnya menginjakkan kaki, dalam hutan hujan yang terselubung kabut tebal langkahnya belum juga terhenti. Langkah demi langkah terjejaklah di sana, dengan seribu cita di setiap tapaknya. Kukira semakin jauh aku pergi, semakin banyak jejak sepatuku yang tertaut di bumi maka aku akan semakin menjadi orang besar, kukira dengan menaburkan seribu cita di tiap jejaknya sekaligus merapal doa disela-sela kabutnya akan semakin membuatku dikenang sebagai ksatria.  Ternyata tidak ada gunanya, karena semakin dalam hutan itu kumasuki, semakin memudar juga jejakku di bumi. Ternyata semakin kamu melangkah memunggungi cahaya, kamu juga akan kehilangan dirimu seutuhnya. Kegelapan akan memakan cita-citamu, lembab akan melelehkan perjuanganmu dan akhirnya kengerian menelan kepercayaan itu dari hatimu -Ketika langkah ini dimulai, aku hanya ingin kau percaya. Bahwa yang kuperjuangkan adalah jejak masa depan kita bersama- Berat bukan? Ketika sedang ber...

Seperti Merpati

Gambar
....Jangan menunduk, Sayang. Kenapa kau sia-siakan air matamu itu untuk dia?, yang bahkan tak pernah menganggapmu ada. Tegakkan kepalamu dan lihatlah masih banyak cinta disekitarmu.   Begitulah penutup dari surat yang ku tuliskan untuk Dinar, dua lembar kertas itu ku lipat rapi dan menambahkannya stiker hati di pojok kiri. Malam itu hujan begitu lebat, kata-kata yang mengurai dirinya menjadi kalimat atas tangisku yang sesak ini, tak sedikitpun terdengar oleh awan. Ku dekap surat itu di dada, merasakan Dinar yang jauh seolah-olah ada di depan mata. Seketika tangisku pecah lagi, mengingatmu yang begitu pilu senja tadi, tanpa aku bisa menghibur hati yang retak sebab tersakiti, maafkan aku untuk ini. Aku hancur, Nar. Aku kacau sekali melihatmu terisak karenanya, selama ini aku menjagamu dengan memendam rasa cinta yang begitu lama. Tapi hari ini orang yang ku jaga, justru terluka karena lainnya dan aku hanya bisa menyaksikan dari kejauhan sambil menahan perih. Basah sudah surat itu...

Cukupkan Gula Lalu Tambahkan Sedikit Cuka

Gambar
Daun-daun itu basah oleh hujan yang hadir senja tadi, membawa semerbak wangi pada tanah-tanah bumi. Saat itu aku meneguk secangkir kopi yang ku seduh dengan hati-hati, ku tambahkan dua sendok gula dan mengaduknya tanpa arti. Ku bawa kopi itu ke pangkuan malam, sembari duduk di keremangan aku menyesapi pahitnya perlahan. Pada suasana malam yang semakin mendung sebab Bulan tak muncul, kuletakkan kopi pada meja kayu. Lalu ku buka album kusam yang tersimpan rapi dibalik rak itu. Lembar demi lembar membawaku kembali pada manisnya kisah yang sudah lama terkubur oleh resah, pada halaman-halaman selanjutnya manisnya berubah masam, sepertinya gula itu telah larut dan kini digantikan cuka perlahan. Meski begitu, ini hal yang baik sebab tidak berhenti pada satu titik pencapaian tertentu. Maka kita akan bisa belajar lebih untuk tau, dan memahami hal lain diluar pemahaman itu. Sebenarnya kenapa kita harus mencukupkan gula dalam kisah kita? Bukankah selalu memiliki pengalaman manis dan menyenan...

Sekarang Rasanya Berbeda

Gambar
“It’s Mine” yang berganti menjadi “PARADOKS”, akan menyajikan sesuatu dengan sedikit berbeda, semoga dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi kalian semua. - Tidur, telah jadi kebiasaan sekaligus kebutuhan manusia. Bagaimana jika hal itu dihentikan? Tubuh kita akan letih, tak bertenaga dan akhirnya jatuh sakit. Hal ini sebagai gambaran besar tentang apa yang akan saya bahas di sini. - Meninggalkan suatu kebiasaan dalam hidup kita, rasanya seperti membuka jalan ditengah-tengah hutan belantara. Begitu juga perihal cinta. Bagaimana bisa aku menjadi biasa seperti sedia kala, ketika kau sudah melekat? Bukan hanya sekadar kebiasaan, tapi kaulah kebutuhan itu sendiri. Tidak mudah untuk membuka lagi ruangan yang sudah terkunci olehmu, tidak akan sama lagi meskipun seluruh kenang di sana telah dibersikan seperti baru. Sekarang rasanya sudah berbeda, caranya menatap, caranya bersikap, caranya berbicara. Cukup kau mengerti sedikit saja, sebab memang merusak kebiasaan itu benar-benar me...