Menatap, Untuk Membaca Kisah

Mungkin, kau tak pernah berbicara tentang kisahmu. Namun, kau selalu menggambarnya pada kedua matamu. Saat senja surut, malam mulai mengumumkan kehilangan. Kata kata getir menghiasi lini masa, dan dinding dinding usang di sisi kota. Malam seolah tenang untuk sebagian orang, tetapi begitu riuh dan menyesakkan untuk kami yang sedang kehilangan. Dengan sembunyi sembunyi, kami menuliskan, kami merasakan, sampai kami seakan menghilang. Sorak sorai tangis mewarnai langit, begitu kusam dan membuat hati ini semakin sakit. Setelahnya dingin menyesap rongga tubuh, dan gigil menjamah sekujur sukma yang entah sudah tak lagi utuh. "Kembalilah, kembalilah, kembali kau" Tak ada apa apa di depan sana, malam terlampau gelap untuk mata melihatnya. Terlampau dingin untuk badan menerimanya. Terlampau sepi untuk merayakan kenang atas ia yang tiba tiba saja pergi. Lihatlah, kami sudah kehabisan waktu untuk kembali. Senyap di sini tak ubahnya pereda nyeri untuk sisi tubuh kami...