Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Menatap, Untuk Membaca Kisah

Gambar
Mungkin, kau tak pernah berbicara tentang kisahmu. Namun, kau selalu menggambarnya pada kedua matamu. Saat senja surut, malam mulai mengumumkan kehilangan. Kata kata getir menghiasi lini masa, dan dinding dinding usang di sisi kota. Malam seolah tenang untuk sebagian orang, tetapi begitu riuh dan menyesakkan untuk kami yang sedang kehilangan.   Dengan sembunyi sembunyi, kami menuliskan, kami merasakan, sampai kami seakan menghilang. Sorak sorai tangis mewarnai langit, begitu kusam dan membuat hati ini semakin sakit. Setelahnya dingin menyesap rongga tubuh, dan gigil menjamah sekujur sukma yang entah sudah tak lagi utuh. "Kembalilah, kembalilah, kembali kau" Tak ada apa apa di depan sana, malam terlampau gelap untuk mata melihatnya. Terlampau dingin untuk badan menerimanya. Terlampau sepi untuk merayakan kenang atas ia yang tiba tiba saja pergi. Lihatlah, kami sudah kehabisan waktu untuk kembali. Senyap di sini tak ubahnya pereda nyeri untuk sisi tubuh kami...

EPISODE #2

Gambar
Hujan Pada Sepasang Mata Sepasang matanya menegadah ke langit, menyaksikan biru bergeser abu abu Angin menyapa lembut, mengurai dedauan tumbang dan membuatnya berputar putar sebentar Angin menyentuh hangat, kelopak kelopak gusar hingga menjadikannya hujan Jatuhlah hujan. Hujan yang mengoyak seisi dada, sebab bukan dari langit asalnya, melainkan dari sepasang matamu di sana Hujan yang jatuh dan membuat gigil seisi kepala, sebab menit lalu kau masih dengan senyum gembira dan kini telah basah di setiap ujungnya Masih dengan sepasang mata yang menegadah ke langit, menanti senja mengusap lelehan air mata yang begitu sakit Sekelebat sunyi telah memperjelas garis garis luka yang tersembunyi Tapi, mungkin sebaris hujan hanya membuat sesakmu tertidur sebentar Mungkin juga mustahil bagi sebait hujan untuk mengembalikan wajahmu yang sudah penuh lebam Kepada sepasang mata yang masih menegadah ke langit Di sela sela angin yang menelisik dan hujan yang jatuh tanpa ber...

Temui Aku di Ujung Kalimat

Gambar
-Apabila sepasang mata dapat saling menatap, maka setangkai surat akan saling meratap- Sebentar lagi malam kehilangan diri, tak maukah engkau kembali? Sebentar lagi bintang-bintang lesap, tak maukah engkau berhenti untuk membuatku berharap? Untukmu, seorang yang masih berdiri di balik Januari. Barangkali ini saatnya aku untuk berhenti. Berhenti mengejar rimbunnya senja yang selalu saja membuatku menembus batas sejatinya manusia.  Berhenti menjadi segenap ia dan mulai menerima ganjilku dengan bahagia. Pun berhenti untuk kemudian melepasmu yang tidak semestinya kugenggam sekeras itu. Setiap tahun telah kuhadiahi diriku sendiri dengan menyesap rindu berulang kali, menantikanmu di antara kegentingan doa yang mulai redup sesekali. Merabamu lewat kata-kata yang mulai berbau lapuk di atas meja, dan mungkin kini hampir hampir tak lagi dapat terbaca. Mencium keningmu lewat usia yang perlahan lepas dari tubuhku yang mulai runtuh dan menua. Untukmu, seorang yang masih berdi...

EPISODE #1

Gambar
Kala Malam Berbalut Keresahan, Kala Aku Menantikan Kepulangan Semenjak malam tadi aku sudah menerka-nerka bagaimana pintu-pintu itu terbuka tanpa suara derap setelahnya Semenjak dini hari, kepalaku sudah bersuara layaknya mengeja setiap wewangianmu yang kuhirup kala itu Hingga pagi ini, kutemui kerumunan surat mendekap usang di balik meja Dua, tiga beramplop merah. Sedang lainnya terlipat tanpa warna lewah Kubereskan satu persatu, sembari menggulung debu.  Sampai kudapati namamu di salah satunya Aku terduduk, bisu.  Kulemparkan kesadaranku pada malam itu, saat aku berharap-harap kepulanganmu.  Tapi kau justru membawa hukum waktu, dengan kabar dari seorang teman bahwa kau telah menghilang Kini, aku memegang sepucuk harap. Bahwa kau masih ada dan bernapas " Din, laut biru di sana akan menjadi kuburku ". " Dan senja akan menjadi nisanku " Kutitipkan ini pada kawanku, hari ini aku berjanji untuk pergi. Sedang, tak dapat lagi kujanjikan untuk ...

Sehelai Harapan Untuk Membuatmu Bertahan

Gambar
- Kadang kau hanya perlu sehelai bulu, untuk menuliskan kisah sedalam itu - Harapan hadir bagai sehelai daun yang gugur terbawa angin, memasrahkan diri perihal kemana ia akan dibawa pergi. Pohon yang bagiannya dilepas paksa, terus saja meneliti langit sembari meraba angin dan berdoa. Menantikan kabar dedaunan yang telah tinggal jauh menetap pada rahim ibu baru di lain tempat. Kehilangan tak hentinya membuat air mata terkuras, tiap malamnya sesak berhadapan dengan hening dan membawa kembali waktu yang berupa sendu. Hanya untuk menertawakan kehilangan, juga meratapi masa silam yang tak pernah dijadikan tujuan untuk dibahagiakan. Semua perubahan ini terlampau cepat untuk diterima manusia bumi. Kemarin, masih kugenggam tangan itu dengan gemetar, sembari menyelipkan canda pada kantung bajunya yang kusam dan lapang. Hari ini, kugenggam angin dengan terisak, sembari melepasnya dari nadi hingga mengembalikan sunyi pada hari-hari. Bagai genderang yang ditabuh kesunyian, masa...

Berpendar Kemudian Hilang

Gambar
- Ada tangis yang tak tertahan, di bawah pendar lampu persimpangan jalan - Di ujung jalan, lampu berpendar menerbangkan kemerahan senja yang perlahan tertuang gelap gulita. Detik berbaur pada berisik angin yang meniup hela-hela daun kering. Aku tercampur rindu dan cemas dalam waktu yang tertahan dan semakin mengeras, sembari menguatkan pegangan tali yang sedari  tadi mencoba terlepas. Malam bertambah senyap dan hitamnya semakin pekat, menutup jalan pulang hingga bersisa remang di persimpangan. Sejak saat itu, kebingungan meliputiku tak ubahnya pendar lampu. Menanam keraguan dan menghujam bimbang sepenuh genggaman. Bersimbah air mata, harapanku perlahan rebah pada garis bujur di sana. Melukis arah dan memperjelas batas tentang kita yang hanya indah dalam cerita. Sejenak biarkan aku melukai malam temaram yang berbalut rasi bintang dan sayup-sayup rembulan. Biarkan aku sebebas kawanan kunang dan meratap dengan sajak-sajak penuh kesedihan, hingga lenyap tertelan r...

Ketika Mendung Memayungi Malam Temaram

Gambar
“Ketika mendung memayungi malam yang temaram, aku berharap seorang akan datang memutus pilu bersama rintik hujan yang terurai setelah itu.” Ada mendung di matamu malam ini, menahan hujan untuk tak basah pada kelopaknya. Ada kelabu di teras wajahmu sedari tadi, menahan kecewa atas ia yang telah berdusta pada janjinya. Aku tahu betapa banyak sendu yang sudah begitu lama tertahan dalam senyummu, dan perlahan menjadikanmu asing sebab rasa sakit itu sudah singgah terlalu sering. Ketika orang-orang di sana bersuka sebab hujan tak singgah pada pekarangan mereka. Aku hanya tak merasa nyaman, sebab masih membiarkanmu menahan lirih atas perih yang sebenarnya kini sudah saatnya kau untuk pulih. Ketika orang-orang di sana memeluk malam dengan menghamburkan tawa riang, serta riuh petasan. Aku hanya memandang bulan, sembari mengirim pesan untukmu yang masih terjebak kesepian meskipun akhirnya tertahan di atas keraguanku menyatakan. Ingin kukatakan bahwa kesendirian yang membalutm...

Rangkaian Nada Untukmu

Gambar
-Bersama rangkaian melodi malam itu, ku ingin menyaksikan sendu terurai dari wajahmu- Saat langkah kaki mulai berat, begitu pula jalanan di depan yang penuh kabut dan sesat. Cahaya rembulan datang menunjukkan arah luang. Menuntun bayang dalam keremangan untuk pulang, di situ kutemukan dirimu tertambat sunyi dan terjebak di ruang mimpi. Mungkinkah semesta dengan sengaja membuat kita jumpa? Menjadikan hatiku gugur pada wajahmu, pun detak ini yang tak lagi beraroma sendu. Berpegang lelah, aku menyusup pada kisah yang patah. Sepanjang langkah kurasakan denyut-denyut resah bersemayam, menjadikanku sangsi untuk mengenggam jarak yang sudah padam. Sempat bimbang, namun setelahnya ku lihat senyummu mengembang. Mengganti petang dengan terang pada seluruh tempat yang terpandang. Tertambat sudah engkau di jantungku, membuat detaknya makin tak menentu. Dua, tiga, empat kali masih sama, setelahnya begitu banyak getaran di sana. Seribu kunang bersenandung nada rindu, ketika sehari sa...

Bumi Begitu Gelisah Ketika Melihatmu Patah

Gambar
- Izinkan langit melebur lukamu, dan bumi memeluk sendu itu - Ketika langkah penuh luka dan air mata ini ingin mengapaimu yang luluh di sana. Rasanya seperti mati berkali-kali terjerembab ke bumi, sebab tak pernah bisa mengetuk hati yang begitu sunyi. Ingin mendekapmu yang pilu, ingin mengenggammu dalam bisunya detak jantungku. Tapi kabut membuat arahku lengah, tak pernah sampai padamu yang kini sedang terengah. Tanganku kaku, tak bisa lagi menggapai dan menuntunmu melewati haru. Bibir ini pun kelu, bahkan mengeja namamu saja aku tak mampu. Angin menerjang, hujan basah mengguyur dedaunan mendekap kisah sepi yang semakin menutupi seluruh perjalanan ini. Malam terisak, bulan membiru dan bintang-bintang membisu, sebab tangismu tiada usai dan sembab masih menggurung mata itu. Ombak tergulung lusuh, sepanjang laut ikan-ikan terentang kaku pasrah dihajar badai yang terus-menerus hadir dalam senjamu hari itu. Mungkin benar, aku terlahir untuk melukai bumi yang begitu kau...

Wajah Samudera

Gambar
Dalam usia musim penghujan yang makin panjang, kurasa rindu akan makin terpendam. Entah ketika terik di kepala maupun malam yang mendenyutkan ubun-ubun di sana. Jarak menambah samar jalanku untuk menelusur arah pergimu. Kau sudah begitu jauh, bayangmu telah lebur menjelma sunyi. Bahkan detakmu hilang menyisakan misteri. Tuan, mungkinkah aku telah salah jalan? Terhuyung tubuh ini ketika sedang mencoba untuk berdiri lebih kokoh lagi. Sangsi semakin menyesaki hati, merapuhkan harapan untuk berlari mengejarmu di balik sepi. Di langkah pengembaraanku, tak bersisa lagi rindu di dada. Kini semua berbekas air mata, merapal namamu pada titik terlemahku tanpa kata kata hanya dengan sederu embusan napas hasil isak yang masih mengantung disana. Jejak itu membawaku ke bibir samudera teluk utara. Dalam diam kabut menyembunyikan namamu di pangkuan malam. Pasir berdesir, ombak merutuki karang, angin sepoi membelai basah rindu yang perlahan jadi sayu. Nyanyian malam tertambat pada o...