3/28
![]() |
gambar: @olivertakac |
Bagaimana hari ini? Bagaimana perasaanmu semalam? Sudah
mereda atau masih begitu sakit?. Aku tidak tau, akan tetapi semoga kamu tidak
akan berhenti untuk pergi.
Untuk pagi ini, duduklah tenang sebentar. Penjamkan mata dan
temui dirimu di sana, bantu ia beranjak, pengangi ia untuk berdiri. Pelan-pelan
saja, semalam ia terlihat begitu remuk.
Atas apa yang kamu lalui sampai hari ini, terima kasih masih
terus berjalan, terima kasih masih ada di bumi mengenggam harapan yang mungkin
tidak akan pernah bisa kauharapkan. Tetapi, terima kasih masih terus mencari
dan berharap, terima kasih sudah senantiasa percaya bahwa waktumu akan tiba,
waktu yang indah setelah luka.
Semoga kabar baik juga merangkul kawan-kawanmu di sana.
Mereka yang jauh, mereka yang sedang berjuang untuk kembali utuh. Pandemi memang
mengajarkan untuk menyimpan rindu lebih lama, bahkan pada seseorang yang biasa
kita benci sehari-harinya.
Bahkan, pada saat-saat paling menyebalkan. Apabila kita
melihatnya dari hari ini, maka hal itu akan lebih baik daripada yang terjadi
saat ini. Apapun itu, tidak menghilangkan kenyataan bahwa Tuhan sudah memilih
kita.
Tuhan memilih manusia-manusia kuat, dan layak seperti kita
untuk menghadapi pandemi. Untuk menghadapi kengerian yang muncul satu-persatu
di semesta, yang entah kapan akan berhenti.
Tapi memang seperti ini bukan? Hidup akan selalu jadi
misteri, hari esok juga akan selalu jadi keajaiban. Mari terus berjuang, kawan.
Mari melanjutkan perjalanan meskipun kabut menutup semua jalan kita. Pasti ada
akhir, pasti kita akan sampai.
Kamu tidak menghadapinya sendiri, kita menghadapinya
bersama.
Komentar
Posting Komentar